Kamis, 23 Maret 2017

MENGAPA MEDIA RELATIONS SANGAT PENTING UNTUK KESUKSESAN PUBLIC RELATIONS

MENGAPA MEDIA RELATIONS SANGAT PENTING UNTUK KESUKSESAN PUBLIC RELATIONS
Dosen Pengampu: Rachmat Kriyantono, Ph.D.


Nama         : Laras Aprilia Susilo
NIM           : 16512020111003
Kelas          : A. Kom 2



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017

PENDAHULUAN
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan bahan materi agar tidak terjadi kekurangan materi. Diharapkan tulisan ini bermanfaat sebagai sarana wacana atau masukan bagi para praktisi dalam melaksanakn tugasnya.  Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menjabarkan beberapa hal tentang media relations, hubungan media, komunikasi yang efektif dengan media, karakteristik media, kebutuhan media dan hal-hal yang menyangkut dengan media relations.
ISI
Sebelumnya kita harus mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan media relations. Media relations dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hubungan media. Wardhani (2008, h. 1) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan media relations adalah aktivitas komunikasi public relations atau humas untuk menjalin hubungan baik dengan media massa dalam rangka pencapaian pengertiam, serta dukungan dalam bentuk publikasi organisasi yang maksimal dan balance (berimbang). Sedangkan Kriyantono (2008, h. 72) mengatakan bahwa hubungan media adalah hubungan organisasi dengan media massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang  maksimum atau suatu pesan public relations dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Ini berarti public relations harus melakukan tanggung jawabnya untuk menyampaikan dan menerima informasi dari khalayak disamping itu media bertanggung jawab untuk menjalankan hak publik untuk mendapatkan informasi. Kriyantono (2008, h. 71) mengatakan bahwa pada dasarnya sinergi antara public relations dan media bersifat simbiosis mutualisme, dimana media membutuhkan bahan-bahan informasi dari public relations dan sebaliknya public relations membutuhkan media sebagai sarana penyebaran informasi. Untuk itu, public relations harus mempunyai hubungan yang baik dengan media terkait yang akan membantunya untuk menyebarkan informasi.
Diatas telah saya singgung beberapa hal mengenai hubungan media dalam public relations. Kriyantono mengajak kita untuk mengetahui hubungan media: bad news is bad public relations. Sebelumnya juga telah disampaikan bahwa media sebagai sarana penyebar informasi bagi public relations. Disampaikan bahwa prinsip hubungan media adalah bad news is bad public relations yang ditulis pada bab 3 halaman 72-77. Artinya peristiwa yang buruk atau negatif tentang perusahaan cenderung “disukai” pers. Tanpa diundang atau disuruh, pers dengan cepat dapat “mencium” peristiwa itu dengan “senang hati” memberitakannya. Bahkan bisa jadi peristiwa yang semula berskala kecil menjadi besar. Dampaknya citra perusahaan akan jatuh. Keberhasilan public relations dalam mencegah munculnya informasi negatif ini bisa dijadikan indikator keberhasilan kerja seorang public relations. Diharapkan untuk mencegah rasa keingintahuan media yang tinggi jika nanti suatu saat perusahaan mempunyai peristiwa yang buruk public relations sebagai ujung tombak untuk meredam rasa keingintahuan mereka. Jika memang peristiwa buruk tersebut terjadi, maka seorang public relations harus mengkonfirmasi berita tersebut dan ceritakan sesuai kebutuhan dengan bahasa yang baik serta mudah diterima.
Kriyantono (2008, h. 72-73) juga menyampaikan bahwa dalam realita praktik public relations masih muncul perbedaan mendasar antara public relations dan media. Perbedaan ini terjadi karena public relations dianggap representasi perusahaan dan media adalah representasi khalayak. Sebagai representasi perusahaan, public relations berupaya meningkatkan citra melalui media. Sebagai representasi khalayak, media berupaya kritis terhadap informasi yang disampaikan public relations. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa media memberitakan rumor atau mencari sensasi dan lebih tertarik dengan berita yang bersifat negatif. Sedangkan media menganggap bahwa aktivitas public relations hanya sekedar promosi dan membersarkan perusahaannya saja. Tampak pula disajikan perbedaan mendasar public relations dan media. Jika public relations berfokus pada publisitas positif, superlative puff, promosi dan berita positif yang berupa citra. Sedangkan media berfokus pada rumor & isu, news-value, sensasi dan berita negatif yang berupa berita.
Terlepas dari sifat media yang disebut diatas cenderung berbeda dengan public relations, sebenarnya public relations bisa mengurangi munculnya berita-berita yang negatif. Kriyantono (2008, h. 74) menjelaskan bahwa berita-berita negatif dipandang dari pendekatan public relations dimungkinkan terjadi karena 3 hal yang akan saya jelaskan dengan singkat, yaitu:
a.       Tersumbatnya saluran komunikasi
Tersumbatnya saluran komunikasi jelas mengakibatkan masalah semakin meruncing dan meluas. Perusahaan diibaratkan sebuah lingkaran. Public relations adalah penjaganya lingkaran agar masalah-masalah tetap berada di lingkaran dan diselesaikan di dalam lingkaran. Inilah yang disebut konsep “Boundaring-Spanning”. Jika masalah belum terselesaikan sudah muncul keluar, apalagi tercium media, maka ada saluran komunikasi yang tersumbat yang menyebabkan karyawan tidak puas.
b.      Public relations gagal memposisikan sebagai “dominant-coalition
Dalam organisasi, dapat ditemui kelompok atau individu-individu yang mempunyai pengaruh besar di hadapan manajemen atau diantara karyawan. Inilah yang disebut konsep “dominant-coalition”. Mereka menjadi pemimpin opini yang tidak jarang suara mereka didengarkan manajemen. Agar mampu melaksanakan tugasnya, seharusnya seorang public relations mampu memposisikan dirinya sebagai orang yang mewakili karyawan. Sehingga karyawan yang mempunyai masalah atau kurang medapat informasi langsung bertukar pikiran secara terbuka kepada public relations.
c.       Hubungan media yang kurang baik
Tidak sedikit public relations beranggapan media kurang mengetahui perusahaan dan segala permasalahan yang muncul dapat dilokalisasi, meskipun sudah tersebar ke media. Bila ini terjadi media biasanya mencari sumber informasi lain di luar jalur formal (PR). Sumber informasi ini sifatnya sulit dikontrol public relations. Apalagi bila media massa perusahaan tertutup, tidak menghargai media atau tidak mau bekerja sama, maka berita-berita negatif sulit dicegah. Kualitas liputan berita media sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan media.
Saya rasa Kriyantono cukup jelas dalam menyampaikan kemungkinan yang timbul akibat berita negatif dipandang dari pendekatan public relations. Pada intinya, public relations diharapkan mampu menjaga hubungannya dengan media agar terciptanya citra yang baik. Selain itu dengan adanya hubungan media akan mempermudah pihak public relations dan media untuk memahami situasi dan kondisi keja masing-maring serta mendiskusikan hal terbaik untuk kerjasama antara kedua belah pihak. Yang selanjutnya akan memperkecil munculnya berita-berita negatif.
Untuk mencegah timbulnya berita negatif, komunikasi yang efektif dengan media harus dibangun. Kriyantono (2008, h. 10) mengatakan bahwa untuk berkomunikasi yang efektif kita harus memahami karakteristik media dan kebutuhan media. Untuk mengetahui karakteristik media public relation harus tahu dengan siapa ia berbicara. Public relations harus menempatkan dirinya sesuai posisi yang tepat dengan media. Kriyantono (2008, h. 80-83) menyebutkan beberapa karakteristik media yang harus dipahami, antara lain:
a.       Karakteristik jenis media (cetak atau elektronik)
b.      Kebijakan redaksional
c.       Sistem distribusi
d.      Karateristik wartawan:
-          Kritis dan ingin tahunya tinggi
-          Wartawan senang membuat berita komprehensif
-          Wartawan senang membuat berita eksklusif
-          Wartawan bersifat nonprotokoler
-          Wartawan adalah orang sibuk tetapi tidak terikat jam kerja
-          Wartawan cenderung membela yang “tertindas”
Dapat saya simpulkan beberapa hal mengenai karakteristik media. Perbedaan jenis media dapat mempengaruhi pola kerja wartawan. Tak jarang public relations dikerjar wartawan untuk mendapatkan informasi, sebaliknya public relations juga harus memberikan informasi secepatnya agar berita tersebut dapat terbit. Penulisan media cetak juga berbeda dengan media elektronik. Kriyantono (2008, h. 80) mengatakan bahwa perbedaan karakteristik ini sesuai dengan target audience media tersebut. Kebijakan redaksional menyangkut aturan yang diberikan terkait penulisan berita, cara yang digunakan untuk menerima informasi, dan pengiriman materi informasi. Selanjutnya sistem distribusi, sistem distribusi berkaitan dengan wilayah edar media, segmentasi khalayak (jenis pendidikan, agama, pekerjaan, gaya hidup), dan frekuensi penerbitan (harian, mingguan, bulanan). Public relations juga perlu memahami karakter wartawan. Mengingat bahwa setiap hari public relations berhubungan dengan wartawan.
Selanjutnya adalah memahami kebutuhan media. Dengan memahami kebutuhan media berarti public relations juga menghargai profesi media. Seperti yang dikatakan Kriyantono (2008, h. 83) bahwa pada akhirnya akan terjalin relasi emosional yang akan menunjang tugas public relations dalam membangun citra melalui media. Untuk memahami kebutuhan media, Kriyantono (2008, h. 83-91) memberikan tips yang bisa dilakukan public relations yang akan saya ringkas sebagai berikut:
1.      Selalu menyampaikan informasi secara jujur
2.      Penihi janji anda
3.      Jangan sampai member pernyataan “no comment”
4.      Mencerdaskan pers
5.      Melayani pekerjaan media, yang harus dilakukan public relations untuk melakukan fungsi ini antara lain:
-          Jemput bola
-          Menyediakan informasi setiap saat diperlukan wartawan dalam 24 jam
-          Jangan membeda-bedakan media
-          Menyediakan detail latar belakang (backrounders) dari setiap informasi sehingga wartawan merasa ketercukupan informasi
-          Menyediakan akses bagi wartawan untuk berhubungan dengan top manajemen
-          Sediakan materi dan fasilitas pendukung lainnya bagi tugas wartawan
6.      Bersikap professional dalam menghargai profesi masing-masing, dalam hal ini public relations harus menghindari:
-          Upaya merayu atau meminta agar infomasinya dimuat media
-          Sikap mengeluh kepada media
-          Upaya mencampuradukkan tugas marketing dengan jurnalis
-          Upaya meminta media untuk tidak memberitakan atau untuk memberitahukan sesuatu
-          Public relations hanya semata-mata berdiri dari sudut kepentingan perusahaan
-          Public relations harus memahami tata aturan profesi
7.      Jalin komunikasi terus-menerus
-          Sikap menyediakan materi informasi, baik diminta ataupun tidak
-          Menjalin komunikasi personal yang akrab
-          Menciptakan situasi agar media cukup mengenal dan dekat dengan perusahaan
8.      Bekerjasama dengan media, berikut disampaikan beberapa pedoman untuk bekerjasama dengan pers:
-          Berbicaralah dari sudut pandang kepentingan public, bukan kepentingan perusahaan
-          Membuat berita yang mudah digunakan dan dibaca
-          Jika Anda tidak ingin beberapa pernyataan dikutip, jangan katakana pernyataan itu
-          Jangan berdebat dengan wartawan sebab bisa jadi Anda kehilangan kendali diri
-          Nyatakan fakta paling penting diawal
-          Jika sebuah pertanyaan mengandung bahasa yang menyinggung atau mengandung kata yang Anda tidak sukai, jangan mengulanginya atau menyangkalnya
-          Jika wartawan memberi pertanyaan langsung beri jawaban langsung
-          Jangan lakukan konferensi pers kecuali Anda punya sesuatu yang dianggap berita oleh wartawan
Dari beberapa penjelasan tersebut, Kriyantono menyampaikan dengan jelas dari semua sudut pandang. Secara umum telah bisa memberikan pengetahuan baru tentang pentingnya media relations bagi kesuksesan public relations. Namun, ada beberapa hal yang belum dijelaskan secara rinci oleh Kriyantono dalam media relations mengenai bentuk kegiatan atau aktivitas public relations dalam media relations, tujuan media relations, dan maafaat media relations. Agar lebih mendalam saya mengusulkan agar lebih bisa menjelaska secara detail dan lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
 Kriyantono, R. (2008). Public relations writing: teknik produksi media public relations dan publisitas korporat. Jakarta: Prenadamedia group.
Wardhani, D. (2008). Media relations: sarana membangun reputasi organisasi. Yogyakarta: Graha ilmu.


Share:

Kamis, 16 Maret 2017

PERAN PUBLISITAS DALAM PUBLIC RELATIONS

TUGAS PUBLIC RELATIONS
PERAN PUBLISITAS DALAM PUBLIC RELATIONS
Dosen Pengampu: Rachmat Kriyantono, Ph.D.



Nama         : Laras Aprilia Susilo
NIM           : 16512020111003
Kelas          : A. Kom 2



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017


PENDAHULUAN

Seorang figure public relations mempunyai tugas untuk mempublikasikan hal-hal mengenai perusahaan kepada publik. Salah satu definisi public relations yang dikutip oleh Kriyantono (2008, h. 5) dalam bukunya Cutlip, Center & Brown mendefinisikan public relations adalah fungsi manajmen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat anatara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Dengan demikian public relations membutuhkan publikasi untuk mengenalkan kepada publik tentang perusahaannya. Publikasi atau yang disebut juga publicity mempunyai peran pentung bagi public relations dan perusahaannya. Dalam penulisan artikel ini penulis bertujuan untuk mengetahui peran publisitas dalam public relations. Namun sebelum beranjak pada pokok bahasan, penulis terlebih dahulu mendefiniskan publisitas dari berbagai ahli dalam bidang public relations. Selanjutnya mengidentifikasi fungsi public relations. Dari definisi publikasi dan fungsi public relations dapat ditarik anatara hubungan publisitas dan public relations. Dari hubungan tersebut kita dapat mengetahui peran publikasi dalam public relations. Untuk memperoleh teori serta definisi dari publisitas dan public relations dengan membaca beberapa literature dari para ahli. Setelah menemukan teori dan definisi penulis mencari dan mengkaitkan hubungan publisitas di dalam fungsi public relations. Selanjutnya menemukan peran publisitas dalam public relations. Tulisan ini bermanfaat bagi (I) praktisi public relations, (II) mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan bidang kajian public relations, (III) penulisan penelitian yang berkaitan dengan public relations.

ISI

Perlu diketahui bahwa Jefkins (2008, h. 16) mengatakan bahwa public relations tidak sama dengan publisitas. Namun publisitas merupakan bagian penting dalam pekerjaan public relations dan public relations lebih luas dibandingkan dengan publisitas. Sebelumnya, mari kita terlebih dahulu mengetahui definisi publisitas. Jika dilihat dari sudut pandang media massa, publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita (Kriyantono, 2008, h. 42). Media massa tidak menarik harga untuk penempatan informasi pada media cetak maupun elektronik. Oleh sebab itu dimuat atau tidak sebuah informasi tersebut adalah hak media massa. Sumber penyampaian informasi tidak bisa mengontrol apa saja yang dimuat dalam berita tersebut. Namun perlu diingat bahwa sebuah informasi apapun menyangkut tentang citra.
Memahami publisitas adalah hal yang penting, Cutlip & Center (2000, h. 10) menyatakan bahwa:
Publicity is information from an outside source that is used by the media because the information has news value. It is an uncontrolled method of placing messages in the media because the source does not pay the media for placement.
Jika definisi publisitas menurut Cutlip & Center lebih menekankan kepada informasi yang memiliki nilai berita. Berita tersebut bukan merupakan sumber dari dalam dan terpercaya namun bisa saja merupakan sumber dari luar. Blanco (2004, h. 2) mengatakan bahwa If you see it on television, radio, or in print and it’s not a paid commercial or advertisement it’s publicity (jika anda melihalnya di televisi, radio, atau media cetak dan tidak dibayar komersial atau iklan merupakan publikasi). Itu artinya semua hal yang ada di media massa mengenai publisitas tidak dapat terkontrol informasinyadan peliputan berita tersebut sifatnya gratis. Publisitas menggunakan metode yang tidak bisa dikontrol, metode yang tidak bisa dikontrol dapat menimbulkan sebuah dampak. Dampak tersebut sesuai dengan yang telah dituliskan Jefkins (1995, h. 16) dalam bukunya bahwa dampak itu tidak selamanya bisa dikendalikan atau diatur sesuai dengan kehendak kita. Sebuah perusahaan terkenal mungkin mempunyai reputasi baik atas kinerjanya dalam pelayanannya bagi masyarakat, namun bisa saja diliput oleh publisitas sebagai perusahaan yang buruk sebagai perusahaan yang banyak melakukan korupsi. Perilaku tersebut erat secara timbal balik dengan baik buruknya publisitas.
Definisi tersebut agaknya hampir serupa dengan Blanco, J (2004,  h. 1) yang mendefinisikan tentang publikasi:
Publicity is free, perceived as objective, and defined as any kind of media or news coverage. Every time you see someone interviewed on a television or radio show, in a newspaper or magazine, that’s publicity. No one paid the media outlet to do the interview. A persistent and assertive publicist convinced a producer or editor that this particular guest would provide information that would impact lives.
Jefkins (1995, h. 16) mengatakan bahwa yang disebut publisitas adalah dampak dari diketahuinya suatu informasi. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa informasi tidak selamanya mengandung hal baik, namun tidak menutup kemungkinan hal buruk akan mengikuti. Jefkins (1995, h.16) juga mengatakan bahwa publisitas memunculkan suatu citra, berdasarkan informasi tertentu. Citra inilah yang akan membuat sebuah perusahaan memunculkan nilai yang baik atau buruk di dalam masyarakat. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya (Kriyantono, 2008, h. 9). Tidak selamanya citra mencerminkan kebenaran, karena citra terletak kepada informasi yang tersedia.  Oleh sebab itu informasi yang benar, terpercaya, tidak memihak, memadai,dan lengkap benar-benar penting bagi timbulnya citra yang tepat.
Public relations bertujuan untuk membangun citra yang baik bagi perusahaan. Namun selain itu, ada banyak peranan atau fungsi public relations. Fungsi ini menyangkut apa yang harus dilakukan public relations dalam mengembang tugasnya sebagai seorang public relations. Kriyantono (2008, h. 21) dalam bukunya menyebutkan secara garis besar fungsi public relations, yaitu:
a.       Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya (maintain good communication).
b.      Melayani kepentingan public dengan baik (serve public’s interest)
c.       Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good morals & manners).
Dikutip oleh Kriyantono (2008, h. 22) dalam buku Effective Public Relations oleh Cutlip & Center menyebutkan fungsi public relations sebagai berikut:
·         Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
·         Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public kepada perusahaan.
·         Melayani public dan memberikan nasihat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum.
·         Membina hubungan secara harmonis antara perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal.
Sedangkan pada tahun 1975 dikutip oleh Kriyantono (2008, h. 22) Foundation Relations Research and Education mengumpulkan 65 praktisi public relations dalam sebuah studi. Hasilnya diperoleh beberapa poin penting tentang fungsi public relations. Public relations adalah fungsi manajemen yang tugasnya:
-          Membantu memelihara dan menjaga komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan publiknya (establish and maintain mutual lines of communications, understanding, acceptance and cooperation between an organization and its publics).
-          Mencakup manajemen masalah dan isu-isu (involves the management of problem and issue).
-          Membantu manajemen selalu memberikan informasi pada dan responsive terhadap opini public (helps management to keep informed on and responsive to public opinion).
-          Mendefinisikan dan menekankan pada tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan public (defines and emphasizes the responsibility of management to serve public interest).
-          Membantu manajemen selalu mengikuti dan memanfaatkan perubahan (helps management to keep abreast of and utilize change).
-          Melayani sistem pencegahan awal untuk mengantisispasi tren (serving an early warning system to help anticipate trends).
-          Menggunakan riset dan teknik komunikasi yang beretika sebagai alat-alat pokok (uses research and ethical communication techniques as its participal tools).
Ada banyak sekali fungsi yang ada dalam public relations. Sejatinya, apa hubungan antara publikasi dan fungsi public relations? Dari paparan fungsi dapat dijabarkan ruang lingkup pekerjaan public relations (Kriyantono, 2008, h. 23) salah satu pekerjaan yang dijabarkan Kriyantono dalam bukunya adalah publikasi. Yang tugasnya membuat tulisan yang disebarkan ke media, newsletter, artikel, atau yang lainnya. Publisitas membantu public relations dalam mengembangkan fungsinya tersebut.
Bagi saya, ada salah satu fungsi public relations yang dirumuskan oleh oleh Cutlip & Center yang menyangkut tentang publisitas. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini public kepada perusahaan. Public relations dituntut menjaga agar berjalan dua arah timbal balik (Kriyantono, 2008, h. 41). Public relations membutuhkan publisitas untuk mengenalkan perusahaan serta memberikan informasi kepada public tentang perusahaan. Karena bagi publik publisitas dianggap sebagai informasi yang menceritakan tentang kenyataan.
Perlu diketahui bahwa public relations bukan publisitas. Hal itu selaras dengan yang Kriyantono (2008, h. 52) bahwa publisitas hanyalah alat yang digunakan public relations untuk mendukung tujuan manajemen. Namun kegiatan public relations juga tidak hanya terbatas pada publisitas. Ada tujuan manajemen lain yang dilakukan oleh public relations selain publisitas. Secara garis besar ada perbedaan pokok yang mendasari antara public relations dan publisitas. Salah satunya yaitu public relations menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk membangun citra, publisitas hanya berbentuk berita (news story form) (Kriyantono, 2008, h. 53).
Lalu selanjutnya peran publisitas dalam public relations. Jika dilihat dari sudut pandang media massa dalam public relations publisitas sering rancu dengan publikasi dan periklanan. Publisitas dan publikasi berbeda, Kriyantono (2008, h. 41) mengatakan bahwa perbedaan ini terletak dari media yang digunakan. Sesuai yang telah dijelaskan diatas bahwa publikasi menggunakan media massa sebagai penyebarluasan informasi. Namun publikasi lebih luas dan publisitas adalah bagian dari aktivitas publikasi (Kriyantono, 2008, h. 41). Semua aktivitas publisitas adalah publikasi, namun tidak semua publikasi adalah publisitas.
Seperti yang telah dipelajari pada public relations bahwa salah satu tugas pokok public relations adalah menciptakan citra positif perusahaan di mata publiknya. Publisitas memunculkan sebuah citra, berdasarkan informasi tertentu. Cita tidak selamanya mencerminkan tentang sebuah kenyataan yang sesungguhnya, karena citra terbentuk berdasarkan informasi yang tersedia. Jefkins (2008, h.16) mengatakan bahwa informasi yang benar, akurat, tidak memihak, lengkap dan memadai itu benar-benar penting bagi munculnya sebuah citra yang tepat. Namun perlu diingat baha semua keputusan terakhir berada pada media. Media dapat memanfaatkan atau tidak memanfaatkan informasi tersebut berdasarakan penilaian mereka terhadap kepentingan informasi tersebut yang ditujukan bagi audien mereka. Cutlip & Center (2000, h. 13) mengatakan bahwa mereka mungkin menggunakan informasi tersebut sebagaimana adanya, atau mengubah informasi asli, atau mengubah cara penyampaian informasi, biasanya tanpa menyebutkan spesialis publisitas sebagai sumbernya. Peristiwa atau events yang layak untuk diberitakan dapat menarik liputan media untuk menciptakan publisitas. Acara publisitas yang berhasil atau sukses mengandung nilai berita yang mempunyai nilai riil, menarik media massa, memberikan bukti atau sebuah peristiwa atau events tersebut, dan memberikan pesan yang dimaksudkan oleh sumber berita.
Dalam publisitas ada sebuah prinsip yang harus dijunjung “biarkan orang lain bercerita tentang diri Anda” (let someone else tell about you) atau “ceritakan diri Anda melalui orang lain” (telling something through someone else) (Kriyantono, 2008, h. 45). Prinsip ini dijunjung untuk mengajak orang lain menyampaikan informasi tentang kita, karena orang lain akan lebih percaya akan informasi yang disampaikan orang lain daripada informasi yang kita sampaikan sendiri. Model yang digunakan dalam praktik publisitas disebut “informasi publik”. Model tersebut sama dengan apa yang telah saya jelaskan diatas yang disebutkan oleh Kriyantono (2008). Model tersebut merupakan model yang paling banyak digunakan. Banyak dari beberapa manajer dan jajaran atas menyewa seorang ahli public relations untuk menangani peliputan media agar organisasi atau perusahaan yang sedang mereka jalani dapat dipandang positif oleh publik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran publisitas dalam public relations adalah untuk menyebarkan informasi secara luas kepada publik. Informasi yang disebarluaskan dapat berupa informasi yang baik, benar, buruk, maupun tidak benar. Hal ini dilakukan karena banyak keuntungan yang didapatkan dari publisitas dengan mengesampingkan dampak yang diperoleh. Dan publik lebih mempercayai publisistas karena memiliki nilai tinggi.



DAFTAR PUSTAKA

Blanco, Jodee (2004). The complete guide to book publicity. New York: Allworth Press.
Cutlip, M. Scoott, Allen H. Center dan Glen M. Broom. Effective public relations. Upper Saddle River, New Jersey: Pretice-Hall-inc.
Cutlip, M. Scoott, Allen H. Center dan Glen M. Broom. Effective public relations. Alih bahasa Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jefkins, Frank (1995). Public relations. Alih bahasa Haris Munahar. Jakarta: Erlangga.
Kriyantono, R. (2008). Public relations writing: teknik produksi media public relations dan publisitas       korporat. Jakarta: Prenadamedia group.



Share: